oh, oh, oh,
only for you......
30/03/11
16/03/11
Intelegensi
Ragam pendapat mengenai intelegensi. Bagi kaum awam, intelegensi dianggap unsur mutlak dalam menentukan kecerdasan seseorang. Pertanyaan-pertanyaan umum yang sering pun muncul berkaitan dengan intelegensi misalnya apakah intelegensi itu, dapatkah intelegensi dapat ditingkatkan, adakah pengaruh musik terhadap intelegensi, apakah tes intelegensi menjadi patokan kecerdasan seseorang dan lain sebagainya. Nah, bagaimana pandangan kita sebagai orang yang berada di bangku perkuliahan khusunya jurusan psikologi menanggapi pertanyaan-pertanyaan umum di atas?
Pembahasan:
Banyak tokoh yang mendeskripsikan intelegensi sebagai kemampuan individu memecahkan masalah (problem solving) dan ada juga pakar yang mendeskripsikan intelegensi sebagai kemampuan beradaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa intelegensi ialah kemampuan individu untuk beradaptasi pada lingkungan, belajar dari pengalaman sehari-hari, dan bagaimana seseorang dapat memecahkan suatu permasalan dalam lingkungannya.
Namun, defenisi di atas terkadang tidak memuaskan rasa ingin tahu seseorang terhadap intelegensi. Yang perlu kita ketahui ialah intelegensi merupakan hal yang abstrak dan luas, sehingga tidak heran jika banyak defenisi yang beragam.
Intelegensi dapat ditingkatkan walaupun peningkatan tidak menghasilkan skor yang signifikan (pada range yang sama). Intelegensi dapat ditingkatkan pada masa perkembangan bukan pada masa pembentukan. Maksudnya ialah intelegensi dapat ditingkatkan ketika seseorang sudah berada apda tahap dapat berpikir secara abstrak bukan pada tahap dimana anak masih berpikir secara kokrit (nyata).
Intelegensi dapat ditingkatkan melalui stimulus lingkungan, gizi/nutrisi, dan ketika memasuki masa golden age (5 tahun pertama) si anak diberi stimulus-stimulus yang dapat membagkitkan daya pikir dan daya nalar terhadap suatu objek atu hal-hal tertentu. Peningkatan intelegensi tidak berkaitan dengan genetika namun dipengaruhi oleh stimulus-stimulus yang diberikan lingkungan.
Menurut Howard Gardner (2000), terdapat 8 kerangka pemikiran yang terdapat pada semua individu tergantung bagaimana individu mengembangkannya secara optimal dan juga kerangka berpikir ini tidak semuanya menonjol pada diri seorang individu. 8 kerangka pemikiran tersebut ialah:
1. Keahlian verbal : kemampuan untuk berpikir dengan kata dan penggunaan bahasa.
2. Keahlian logika-matematika : kemampuan menyelesaikan operasi matematika dan logika.
3. Keahlian spasial : kemampuan untuk berpikir tiga dimensi atau artistik.
4. Keahlian kinestetik : kemampuan memenipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik (menari, atletik).
5. Keahlian musik : sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan suara.
6. Keahlian intrapersonal : kemampuan memahami diri sendiri dan menata kehidupannya sendiri.
7. Keahlian interpersonal : kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain.
8. Keahlian naturalis : kemampuan mengamati pola-pola alam, memahami sistem alam, dan sistem-sistem buatan manusia.
Terdapat penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara musik dengan intelegensi. Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil dimana si ibu memperdengarkan musik klasik pada si janin. namun, kita harus mengingat 2 hal penting dari penelitian ini, yaitu:
1. Peningkatan intelegensi yang terjadi tidaklah signifikan atau terjadi peningkatan pada range yang sama.
2. Musik klasik yang baru diuji coba ialah musik klasik Mozart.
Tes intelegensi menjadi hal menarik jika berbicara mengenai intelegensi. Tes intelegensi pertama sekali disusun oleh Alfred Binet pada 1905 atas permintaan Menteri Pendidikan Perancis guna mengindentifikasi anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah. Tes ini disebut Skala 1905 yang terdiri dsari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menyentuh telinga hingga kemampuan untuk menggambar disain berdasarkan ingatan dan mendefenisikan konsep abstrak. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka tes-tes intelegensi pun banyak diciptakan dan dikembangkan oleh berbagai tokoh.
Perlu diketahui bahwa tes IQ memiliki limited time atau keterbatasan waktu. Kevalidan tes dapat dilihat dari:
1. Selama tes yang sama belum pernah dipelajari sebelumnya, maka data dari tes itu valid.
2. Pengembangan tes itu sendiri. Apabila tes sudah usang atau tidak cocok lagi dan perkembangan zaman dan budaya, maka perlu diadakan revisi pada tes tersebut.
Perlu diingat bahwa skor intelegensi dapat berubah-ubah namun intelegensi tetaplah sama/tidak berubah.
Referensi:
Lahey, Benjamin B. (2007). Psychology an Introduction, Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Pembahasan:
Banyak tokoh yang mendeskripsikan intelegensi sebagai kemampuan individu memecahkan masalah (problem solving) dan ada juga pakar yang mendeskripsikan intelegensi sebagai kemampuan beradaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa intelegensi ialah kemampuan individu untuk beradaptasi pada lingkungan, belajar dari pengalaman sehari-hari, dan bagaimana seseorang dapat memecahkan suatu permasalan dalam lingkungannya.
Namun, defenisi di atas terkadang tidak memuaskan rasa ingin tahu seseorang terhadap intelegensi. Yang perlu kita ketahui ialah intelegensi merupakan hal yang abstrak dan luas, sehingga tidak heran jika banyak defenisi yang beragam.
Intelegensi dapat ditingkatkan walaupun peningkatan tidak menghasilkan skor yang signifikan (pada range yang sama). Intelegensi dapat ditingkatkan pada masa perkembangan bukan pada masa pembentukan. Maksudnya ialah intelegensi dapat ditingkatkan ketika seseorang sudah berada apda tahap dapat berpikir secara abstrak bukan pada tahap dimana anak masih berpikir secara kokrit (nyata).
Intelegensi dapat ditingkatkan melalui stimulus lingkungan, gizi/nutrisi, dan ketika memasuki masa golden age (5 tahun pertama) si anak diberi stimulus-stimulus yang dapat membagkitkan daya pikir dan daya nalar terhadap suatu objek atu hal-hal tertentu. Peningkatan intelegensi tidak berkaitan dengan genetika namun dipengaruhi oleh stimulus-stimulus yang diberikan lingkungan.
Menurut Howard Gardner (2000), terdapat 8 kerangka pemikiran yang terdapat pada semua individu tergantung bagaimana individu mengembangkannya secara optimal dan juga kerangka berpikir ini tidak semuanya menonjol pada diri seorang individu. 8 kerangka pemikiran tersebut ialah:
1. Keahlian verbal : kemampuan untuk berpikir dengan kata dan penggunaan bahasa.
2. Keahlian logika-matematika : kemampuan menyelesaikan operasi matematika dan logika.
3. Keahlian spasial : kemampuan untuk berpikir tiga dimensi atau artistik.
4. Keahlian kinestetik : kemampuan memenipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik (menari, atletik).
5. Keahlian musik : sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan suara.
6. Keahlian intrapersonal : kemampuan memahami diri sendiri dan menata kehidupannya sendiri.
7. Keahlian interpersonal : kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain.
8. Keahlian naturalis : kemampuan mengamati pola-pola alam, memahami sistem alam, dan sistem-sistem buatan manusia.
Terdapat penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara musik dengan intelegensi. Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil dimana si ibu memperdengarkan musik klasik pada si janin. namun, kita harus mengingat 2 hal penting dari penelitian ini, yaitu:
1. Peningkatan intelegensi yang terjadi tidaklah signifikan atau terjadi peningkatan pada range yang sama.
2. Musik klasik yang baru diuji coba ialah musik klasik Mozart.
Tes intelegensi menjadi hal menarik jika berbicara mengenai intelegensi. Tes intelegensi pertama sekali disusun oleh Alfred Binet pada 1905 atas permintaan Menteri Pendidikan Perancis guna mengindentifikasi anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah. Tes ini disebut Skala 1905 yang terdiri dsari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menyentuh telinga hingga kemampuan untuk menggambar disain berdasarkan ingatan dan mendefenisikan konsep abstrak. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka tes-tes intelegensi pun banyak diciptakan dan dikembangkan oleh berbagai tokoh.
Perlu diketahui bahwa tes IQ memiliki limited time atau keterbatasan waktu. Kevalidan tes dapat dilihat dari:
1. Selama tes yang sama belum pernah dipelajari sebelumnya, maka data dari tes itu valid.
2. Pengembangan tes itu sendiri. Apabila tes sudah usang atau tidak cocok lagi dan perkembangan zaman dan budaya, maka perlu diadakan revisi pada tes tersebut.
Perlu diingat bahwa skor intelegensi dapat berubah-ubah namun intelegensi tetaplah sama/tidak berubah.
Referensi:
Lahey, Benjamin B. (2007). Psychology an Introduction, Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
09/03/11
lupa lagi..lupa lagi...
Apa ya yang mau ku posting? Lupa....hhehheheh..
Lupa merupakan salah satu ‘penyakit’ yang sangat terkenal dan umumnya diderita banyak orang, apalagi di kalangan kita, mahasiswa. Sudah ready mau ke kampus, eh, rupanya buku ketinggalan, sudah ready bawa laptop buat wifi-an di kampus, eh, charger laptop ketinggalan belum lagi baterai laptop tinggal 7% remaining. Ke kantin mau makan sekalian bawa buku biar sambil belajar (is it true?), pas balik ke kelas ngerasa ada sesuatu yang hilang, ck, ternyata buku tercinta ketinggalan. Pas mau nge-blog, eh, lupa password. Untung otak kita ga bisa dilepas, kalo nggak, ketinggalan juga, hehhehe.
Belum lagi lupa ngerjai tugas padahal udah deadline, lupa kalau janjian sama teman, lupa nama teman SD, lupa ulangtahun pacar (nah, lho?) dll. Pokoknya segala jenis lupa. Saya pun jadi lupa apa yang mau saya ketik selanjutnya.
Terkadang kita merasa ‘tersiksa’ dengan penyakit lupa kita sendiri. Kalau ada barang ketinggalan, rasanya jadi orang terbodoh. Ada orang yang jika ketinggalan barangnya langsung kelihatan panik dan ada juga orang yang ketinggalan barang langsung pasang aksi staycool padahal jantungnya udah dag dig dug der.
Nah, bagaimana mengatasinya? Apa perlu minum banyak suplemen? Atau perlu kantong ajaib doraemon? Atau perlu ada seorang peri cantik nan jelita yang akan mengingatkan kita kalau kita kelupaan?
Berikut ada beberapa tips yang sempat saya pikirkan () walaupun terkadang saya tidak melakukannya. Tips ini berdasarkan pengalaman saya, masukan-masukan, dan hasil browsing.
1. Tempel notes kecil di dinding kamar yang gampang dijangkau oleh mata atau di pintu lemari atau di pintu kamar atau di kaca, pokoknya pada benda-benda yang sering kita lewati. Notes tadi berisi hal-hal yang ingin kita kerjakan, alamat e-mail dan password, ataupun kata-kata motivasi. Tulisan sebaiknya berwarna dan unik sehingga kita ingin melihatnya terus. Jika sudah kita kerjakan, notes boleh dicabut dan ditempel dengan deadline yang lainnya.
2. Beri tanda-tanda dan warna menarik, misalnya love, bintang, bulan, lingkaran, petak, dsb pada tanggal-tanggal penting di kalender. Namun, perlu diingat bahwa Anda sebaiknya harus memiliki kalender terlebih dahulu untuk menjalankan tips ini. Kalender ditempatkan di meja belajar atau digantung di dinding dan dapat dijangkau mata.
3. Beri tanda pengingat di HP atau notes di wallpaper HP hal-hal yang sangat penting yang akan kita kerjakan. Kita juga bisa mendesain deadline-deadline tersebut pada software di komputer dan menjadikannya wallpaper. Jadi, waktu kita buka HP/laptop, kita ingat.
4. Jika kita susah mengingat istilah-istilah baru, misalnya pada dunia psikologi, kita juga harus rajin membacanya berulang-ulang, menuliskannya di notes dan menghubungkannya dengan hal-hal praktis di lingkungan sekitar dan kita juga bisa menghapalnya dengan menggunakan lagu-lagu yang kita sukai dimana liriknya kita ganti dengan istilah-istilah tadi.
5. Nutrisi juga sangat berpengaruh terhadap daya ingat. Konsumsilah makanan bergizi dan bervitamin, khususnya makanan yang mengandung vitamin B-12(telur, hari, daging), vitamin E (kacang-kacangan), vitamin C (jeuk, tomat), dan asam lemak omega-3 (banyak terdapat di ikan dan minyak ikan). Komsumsi juga protein, lemak baik, dan karbohidrat dalam porsi seimbang.
6. Nah, otak kita terdiri dari 80 % air, jadi kekurangan air sedikit saja dapat meningkatkan hormon stres yang dapat merusak otak. Jadi, mulailah konsumsi air minum 8 gelas per hari.
7. Cobalah berkonsentrasi pada apa yang kita lihat, dengar itu juga akan membantu daya ingat kita pada suatu hal.
Semoga tips ini bermanfaat guys.
Lupa merupakan salah satu ‘penyakit’ yang sangat terkenal dan umumnya diderita banyak orang, apalagi di kalangan kita, mahasiswa. Sudah ready mau ke kampus, eh, rupanya buku ketinggalan, sudah ready bawa laptop buat wifi-an di kampus, eh, charger laptop ketinggalan belum lagi baterai laptop tinggal 7% remaining. Ke kantin mau makan sekalian bawa buku biar sambil belajar (is it true?), pas balik ke kelas ngerasa ada sesuatu yang hilang, ck, ternyata buku tercinta ketinggalan. Pas mau nge-blog, eh, lupa password. Untung otak kita ga bisa dilepas, kalo nggak, ketinggalan juga, hehhehe.
Belum lagi lupa ngerjai tugas padahal udah deadline, lupa kalau janjian sama teman, lupa nama teman SD, lupa ulangtahun pacar (nah, lho?) dll. Pokoknya segala jenis lupa. Saya pun jadi lupa apa yang mau saya ketik selanjutnya.
Terkadang kita merasa ‘tersiksa’ dengan penyakit lupa kita sendiri. Kalau ada barang ketinggalan, rasanya jadi orang terbodoh. Ada orang yang jika ketinggalan barangnya langsung kelihatan panik dan ada juga orang yang ketinggalan barang langsung pasang aksi staycool padahal jantungnya udah dag dig dug der.
Nah, bagaimana mengatasinya? Apa perlu minum banyak suplemen? Atau perlu kantong ajaib doraemon? Atau perlu ada seorang peri cantik nan jelita yang akan mengingatkan kita kalau kita kelupaan?
Berikut ada beberapa tips yang sempat saya pikirkan () walaupun terkadang saya tidak melakukannya. Tips ini berdasarkan pengalaman saya, masukan-masukan, dan hasil browsing.
1. Tempel notes kecil di dinding kamar yang gampang dijangkau oleh mata atau di pintu lemari atau di pintu kamar atau di kaca, pokoknya pada benda-benda yang sering kita lewati. Notes tadi berisi hal-hal yang ingin kita kerjakan, alamat e-mail dan password, ataupun kata-kata motivasi. Tulisan sebaiknya berwarna dan unik sehingga kita ingin melihatnya terus. Jika sudah kita kerjakan, notes boleh dicabut dan ditempel dengan deadline yang lainnya.
2. Beri tanda-tanda dan warna menarik, misalnya love, bintang, bulan, lingkaran, petak, dsb pada tanggal-tanggal penting di kalender. Namun, perlu diingat bahwa Anda sebaiknya harus memiliki kalender terlebih dahulu untuk menjalankan tips ini. Kalender ditempatkan di meja belajar atau digantung di dinding dan dapat dijangkau mata.
3. Beri tanda pengingat di HP atau notes di wallpaper HP hal-hal yang sangat penting yang akan kita kerjakan. Kita juga bisa mendesain deadline-deadline tersebut pada software di komputer dan menjadikannya wallpaper. Jadi, waktu kita buka HP/laptop, kita ingat.
4. Jika kita susah mengingat istilah-istilah baru, misalnya pada dunia psikologi, kita juga harus rajin membacanya berulang-ulang, menuliskannya di notes dan menghubungkannya dengan hal-hal praktis di lingkungan sekitar dan kita juga bisa menghapalnya dengan menggunakan lagu-lagu yang kita sukai dimana liriknya kita ganti dengan istilah-istilah tadi.
5. Nutrisi juga sangat berpengaruh terhadap daya ingat. Konsumsilah makanan bergizi dan bervitamin, khususnya makanan yang mengandung vitamin B-12(telur, hari, daging), vitamin E (kacang-kacangan), vitamin C (jeuk, tomat), dan asam lemak omega-3 (banyak terdapat di ikan dan minyak ikan). Komsumsi juga protein, lemak baik, dan karbohidrat dalam porsi seimbang.
6. Nah, otak kita terdiri dari 80 % air, jadi kekurangan air sedikit saja dapat meningkatkan hormon stres yang dapat merusak otak. Jadi, mulailah konsumsi air minum 8 gelas per hari.
7. Cobalah berkonsentrasi pada apa yang kita lihat, dengar itu juga akan membantu daya ingat kita pada suatu hal.
Semoga tips ini bermanfaat guys.
08/03/11
Cek&Ricek Diri Sendiri..
Menilai diri sendiri dengan bantuan teori Johari Window, teori-teori kognisi, dan teori motivasi menjadi hal yang menarik bagi saya. Menerima bagaimana pandangan orang lain terhadap kita dan menganalisis bagaimana sifat tersebut muncul dan pengaruhnya terhadap lingkungan, kognisi, dan perilaku kita.
Pada pertemuan kali ini, diajarkan bagaimana pandangan kita terhadap orang lain dan menilai diri sendiri yang didasarkan pada penilaian orang lain tersebut. Kita juga dapat mengkomplain pandangan orang tersebut mengenai diri kita sendiri.
Saya dinilai teman kelompok saya sebagai orang yang ceria, baik, mudah bergaul, cerewet, perfeksionis dan keras kepala. Tentunya ada sifat yang saya komplain seperti mudah bergaul karena saya merasa bahwa saya adalah orang yang paling susah beradaptasi pada suau lingkungan baru kecuali jika saya bisa merasa langsung nyaman terhadap lingkungan baru tersebut.
Kami menghubungkan sifat-sifat tersebut dengan teori kognisi dan motivasi. Teori kognisi yang kami gunakan ialah teori kognisi sosial Albert Bandura. Teori ini memiliki 3 unsur penting dalam kaitannya dengan suatu sifat tertentu yaitu perilaku, kognisi, dan lingkungan. 3 unsur penting tersebut dapat saling berinteraksi dalam mengupas suatu sifat manusia.
Berikut adalah 6 interaksi ketiga unsur penting tersebut dan contohnya dengan sifat saya.
1. Kognisi mempengaruhi lingkungan.
Pemikiran saya yang perfeksionis menjadikan saya menuntut lingkungan sekitar harus tertata rapi dan bersih.
2. Lingkungan mempengaruhi kognisi.
Lingkungan keluarga yang menerapkan keteraturan dan kebersihan menjadikan pemikiran saya terhdap suatu lingkungan haruslah tertata bagus dan rapi.
3. Perilaku mempengaruhi kongnisi.
Perilaku saya yang cenderung cerewet mempengaruhi pemikiran saya agar melakukan suatu hal dengan sistematis.
4. Kognisi mempengaruhi perilaku.
Pemikiran saya yang menuntut semuanya tampil sempurna menurut saya menjadikan saya keras kepala. Saya menganggap saya bisa dan saya benar (sikap yang buruk yang ingin saya hilangkan).
5. Lingkungan mempengaruhi perilaku.
Lingkungan yang kotor/tidak teratur menjadikan saya cerewet.
6. Perilaku memengaruhi lingkungan.
Perilaku saya yang humoris membuat lingkungan (teman atau keluarga) menjadi nyaman dengan saya dan menjalani hidup dengan santai tapi serius.
Dari ulasan keenam interaksi tersebut saya mulai mengetahui bagaimana sifat saya tersebut dapat terbentuk dan pengaruhnya kepada perilaku, lingkungan, dan kognisi saya.
Motivasi juga menjadi unsur yang mempengaruhi terbentuknya sifat. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang sehingga ia memiliki sifat yang menghasilkan perilaku tertentu. Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Motivasi terbagi atas 2 jenis yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik ialah melakukan sesuatu hal untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan) sedangkan motivasi intrinsik ialah melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).
Contohnya ialah sifat saya cerewet. Jika saya melihat suatu lingkungan misalnya kamar berantakan maka saya akan cenderung mumble walaupun tidak jelas kepada siapa saya ungkapkan dan biasanya orang-orang yang berada si sekitar saya akan kena juga ‘getah’nya. Motivasi saya untuk mumble tadi ialah karena saya memnginginkan keteraturan barang-barang yang ada di kamar, saya menginginkan barang-barang tersebut disusun dengan rapi dan bersih. Menurut saya, ini termasuk motivasi intrinsik karena saya melakukannya bertujuan agar kamar itu bersih dan rapi.
Pada pertemuan kali ini, diajarkan bagaimana pandangan kita terhadap orang lain dan menilai diri sendiri yang didasarkan pada penilaian orang lain tersebut. Kita juga dapat mengkomplain pandangan orang tersebut mengenai diri kita sendiri.
Saya dinilai teman kelompok saya sebagai orang yang ceria, baik, mudah bergaul, cerewet, perfeksionis dan keras kepala. Tentunya ada sifat yang saya komplain seperti mudah bergaul karena saya merasa bahwa saya adalah orang yang paling susah beradaptasi pada suau lingkungan baru kecuali jika saya bisa merasa langsung nyaman terhadap lingkungan baru tersebut.
Kami menghubungkan sifat-sifat tersebut dengan teori kognisi dan motivasi. Teori kognisi yang kami gunakan ialah teori kognisi sosial Albert Bandura. Teori ini memiliki 3 unsur penting dalam kaitannya dengan suatu sifat tertentu yaitu perilaku, kognisi, dan lingkungan. 3 unsur penting tersebut dapat saling berinteraksi dalam mengupas suatu sifat manusia.
Berikut adalah 6 interaksi ketiga unsur penting tersebut dan contohnya dengan sifat saya.
1. Kognisi mempengaruhi lingkungan.
Pemikiran saya yang perfeksionis menjadikan saya menuntut lingkungan sekitar harus tertata rapi dan bersih.
2. Lingkungan mempengaruhi kognisi.
Lingkungan keluarga yang menerapkan keteraturan dan kebersihan menjadikan pemikiran saya terhdap suatu lingkungan haruslah tertata bagus dan rapi.
3. Perilaku mempengaruhi kongnisi.
Perilaku saya yang cenderung cerewet mempengaruhi pemikiran saya agar melakukan suatu hal dengan sistematis.
4. Kognisi mempengaruhi perilaku.
Pemikiran saya yang menuntut semuanya tampil sempurna menurut saya menjadikan saya keras kepala. Saya menganggap saya bisa dan saya benar (sikap yang buruk yang ingin saya hilangkan).
5. Lingkungan mempengaruhi perilaku.
Lingkungan yang kotor/tidak teratur menjadikan saya cerewet.
6. Perilaku memengaruhi lingkungan.
Perilaku saya yang humoris membuat lingkungan (teman atau keluarga) menjadi nyaman dengan saya dan menjalani hidup dengan santai tapi serius.
Dari ulasan keenam interaksi tersebut saya mulai mengetahui bagaimana sifat saya tersebut dapat terbentuk dan pengaruhnya kepada perilaku, lingkungan, dan kognisi saya.
Motivasi juga menjadi unsur yang mempengaruhi terbentuknya sifat. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang sehingga ia memiliki sifat yang menghasilkan perilaku tertentu. Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Motivasi terbagi atas 2 jenis yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik ialah melakukan sesuatu hal untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan) sedangkan motivasi intrinsik ialah melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).
Contohnya ialah sifat saya cerewet. Jika saya melihat suatu lingkungan misalnya kamar berantakan maka saya akan cenderung mumble walaupun tidak jelas kepada siapa saya ungkapkan dan biasanya orang-orang yang berada si sekitar saya akan kena juga ‘getah’nya. Motivasi saya untuk mumble tadi ialah karena saya memnginginkan keteraturan barang-barang yang ada di kamar, saya menginginkan barang-barang tersebut disusun dengan rapi dan bersih. Menurut saya, ini termasuk motivasi intrinsik karena saya melakukannya bertujuan agar kamar itu bersih dan rapi.
Membangun Kelompok Belajar Kecil.
Kelompok kerja kecil atau biasa disebut dengan diskusi kelompok menjai hal yang biasa di kalangan siswa. Kelompok kecil ini menjadi media untuk bertukar pikiran antar anggota kelompok mengenai suatu materi. Suatu materi akan dibahas pada diskusi kelompok dan hasilnya biasanya akan diberikan pada guru dan guru akan memberi penilaiannya sendiri. Namun, yang seringkali menjadi masalah pada kelompok ialah anggota-anggota kelompok jarang dapat saling bekerja sama dengan baik dan ada anggota kelompok yang mengabaikan setiap diskusi-diskusi kelompok karena menganggapnya tidak penting dan masih ada anggota-anggota kelompok yang lain yang akan mengerjakannya. Bagaimana cara mengatasi hal ini? Apakah diskusi kelompok kecil ini efektif diterapkan?
Pembahasan:
Belajar dengan memiliki kelompok belajar kecil adalah suatu hal yang efektif, menurut saya. Di dalam kelompok kecil, daya nalar anggota-anggota kelompok akan lebih mudah terpancing dan biasanya tidak segan mengeluarkan aspirasinya karena berhadapan dengan teman mereka sendiri. Materi yang dibahas akan menjadi semakin menarik karena setiap anggota kelompok memberikan pendapat mereka masing-masing. Namun, akan lebih efektif apabila suatu kelopmok hanya beranggotakan 5-6 orang.
Namun, sebelum kita membentuk suatu kelompok belajar, kita juga harus berpikir bagaimana caranya membangun kelompok kecil, membangun keterampilan kelompok, dan membangun interaksi antar anggota kelompok. 3 langkah berikut setidaknya dapt mengatasi permasalahan di atas.
1. Menyusun kelompok kecil haruslah memperhatikan kemampuan masing-masing anggota kelompok. Akan lebih baik jika kemampuan anggota kelompok tersebut medium (rata-rata) karena jika dalam suatu kelompok kemampuan anggota kelompoknya ada yang rendah, medium, dan tinggi maka anggota yang memiliki kemampuan tinggi cenderung menjadi guru terhadap anggota kelompok yang memiliki kemampuan rendah dan anggota yang memiliki kemampuan medium akan merasa diabaikan. Dan tidak mustahil jika anggota yang memiliki kemampuan rendah akan merasa minder.
2. Membangun keterampilan kelompok dengan memecahkan suatu kasus secara bersama-sama. Keterampilan kelompok ini akan meningkatkan daya nalar anggota kelompok dalam suatu permasalahan dan setiap anggota kelompok mmeberikan pendapatnya yang akhirnya akan didiskusikan dan menghasilkan suatu kesimpulan. Perang seorang ketua kelompok dan guru dalam hal ini sangat penting karena dapat memberikan kontribusi besar dalam kesimpulan permasalahan tersebut.
3. Membangun interaksi kelompok dengan cara memberikan peran yang berbeda kepada anggota kelompok sehingga setiap anggota kelompok akan merasa dirinya menjadi bagian dalam diskusi kelompok.
Peran-peran tersebut antara lain:
a. Motivator bagi anggota kelompok yang kurang bersemangat.
b. Ada orang yang memberikan reward berupa pujian terhadap hasil kerja kelompok.
c. Ada orang yang membantu dalam pelajaran akademik.
d. Ada pemimpin pertanyaan untuk memastikan pertanyaan anggota kelompok dijawab oleh kelompok itu sendiri.
e. Ada yang berperan sebagai pengecek, apakah setiap anggota memahami materi yang dibahas,
f. Ada pencatat yang berguna untuk menulis ide dan keputusan.
g. Ada orang yang bertugas untuk mengevaluasi kemajuan kelompok.
h. Ada yang berperan untuk menjaga keamanan kelompok/agar tidak bising.
Peran-peran tersebut tidak harus dijalankan oleh setiap anggota kelompok dan dapat juga bila 2 peran dijalankan oleh 1 orang.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Pembahasan:
Belajar dengan memiliki kelompok belajar kecil adalah suatu hal yang efektif, menurut saya. Di dalam kelompok kecil, daya nalar anggota-anggota kelompok akan lebih mudah terpancing dan biasanya tidak segan mengeluarkan aspirasinya karena berhadapan dengan teman mereka sendiri. Materi yang dibahas akan menjadi semakin menarik karena setiap anggota kelompok memberikan pendapat mereka masing-masing. Namun, akan lebih efektif apabila suatu kelopmok hanya beranggotakan 5-6 orang.
Namun, sebelum kita membentuk suatu kelompok belajar, kita juga harus berpikir bagaimana caranya membangun kelompok kecil, membangun keterampilan kelompok, dan membangun interaksi antar anggota kelompok. 3 langkah berikut setidaknya dapt mengatasi permasalahan di atas.
1. Menyusun kelompok kecil haruslah memperhatikan kemampuan masing-masing anggota kelompok. Akan lebih baik jika kemampuan anggota kelompok tersebut medium (rata-rata) karena jika dalam suatu kelompok kemampuan anggota kelompoknya ada yang rendah, medium, dan tinggi maka anggota yang memiliki kemampuan tinggi cenderung menjadi guru terhadap anggota kelompok yang memiliki kemampuan rendah dan anggota yang memiliki kemampuan medium akan merasa diabaikan. Dan tidak mustahil jika anggota yang memiliki kemampuan rendah akan merasa minder.
2. Membangun keterampilan kelompok dengan memecahkan suatu kasus secara bersama-sama. Keterampilan kelompok ini akan meningkatkan daya nalar anggota kelompok dalam suatu permasalahan dan setiap anggota kelompok mmeberikan pendapatnya yang akhirnya akan didiskusikan dan menghasilkan suatu kesimpulan. Perang seorang ketua kelompok dan guru dalam hal ini sangat penting karena dapat memberikan kontribusi besar dalam kesimpulan permasalahan tersebut.
3. Membangun interaksi kelompok dengan cara memberikan peran yang berbeda kepada anggota kelompok sehingga setiap anggota kelompok akan merasa dirinya menjadi bagian dalam diskusi kelompok.
Peran-peran tersebut antara lain:
a. Motivator bagi anggota kelompok yang kurang bersemangat.
b. Ada orang yang memberikan reward berupa pujian terhadap hasil kerja kelompok.
c. Ada orang yang membantu dalam pelajaran akademik.
d. Ada pemimpin pertanyaan untuk memastikan pertanyaan anggota kelompok dijawab oleh kelompok itu sendiri.
e. Ada yang berperan sebagai pengecek, apakah setiap anggota memahami materi yang dibahas,
f. Ada pencatat yang berguna untuk menulis ide dan keputusan.
g. Ada orang yang bertugas untuk mengevaluasi kemajuan kelompok.
h. Ada yang berperan untuk menjaga keamanan kelompok/agar tidak bising.
Peran-peran tersebut tidak harus dijalankan oleh setiap anggota kelompok dan dapat juga bila 2 peran dijalankan oleh 1 orang.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Langganan:
Postingan (Atom)