Ragam pendapat mengenai intelegensi. Bagi kaum awam, intelegensi dianggap unsur mutlak dalam menentukan kecerdasan seseorang. Pertanyaan-pertanyaan umum yang sering pun muncul berkaitan dengan intelegensi misalnya apakah intelegensi itu, dapatkah intelegensi dapat ditingkatkan, adakah pengaruh musik terhadap intelegensi, apakah tes intelegensi menjadi patokan kecerdasan seseorang dan lain sebagainya. Nah, bagaimana pandangan kita sebagai orang yang berada di bangku perkuliahan khusunya jurusan psikologi menanggapi pertanyaan-pertanyaan umum di atas?
Pembahasan:
Banyak tokoh yang mendeskripsikan intelegensi sebagai kemampuan individu memecahkan masalah (problem solving) dan ada juga pakar yang mendeskripsikan intelegensi sebagai kemampuan beradaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa intelegensi ialah kemampuan individu untuk beradaptasi pada lingkungan, belajar dari pengalaman sehari-hari, dan bagaimana seseorang dapat memecahkan suatu permasalan dalam lingkungannya.
Namun, defenisi di atas terkadang tidak memuaskan rasa ingin tahu seseorang terhadap intelegensi. Yang perlu kita ketahui ialah intelegensi merupakan hal yang abstrak dan luas, sehingga tidak heran jika banyak defenisi yang beragam.
Intelegensi dapat ditingkatkan walaupun peningkatan tidak menghasilkan skor yang signifikan (pada range yang sama). Intelegensi dapat ditingkatkan pada masa perkembangan bukan pada masa pembentukan. Maksudnya ialah intelegensi dapat ditingkatkan ketika seseorang sudah berada apda tahap dapat berpikir secara abstrak bukan pada tahap dimana anak masih berpikir secara kokrit (nyata).
Intelegensi dapat ditingkatkan melalui stimulus lingkungan, gizi/nutrisi, dan ketika memasuki masa golden age (5 tahun pertama) si anak diberi stimulus-stimulus yang dapat membagkitkan daya pikir dan daya nalar terhadap suatu objek atu hal-hal tertentu. Peningkatan intelegensi tidak berkaitan dengan genetika namun dipengaruhi oleh stimulus-stimulus yang diberikan lingkungan.
Menurut Howard Gardner (2000), terdapat 8 kerangka pemikiran yang terdapat pada semua individu tergantung bagaimana individu mengembangkannya secara optimal dan juga kerangka berpikir ini tidak semuanya menonjol pada diri seorang individu. 8 kerangka pemikiran tersebut ialah:
1. Keahlian verbal : kemampuan untuk berpikir dengan kata dan penggunaan bahasa.
2. Keahlian logika-matematika : kemampuan menyelesaikan operasi matematika dan logika.
3. Keahlian spasial : kemampuan untuk berpikir tiga dimensi atau artistik.
4. Keahlian kinestetik : kemampuan memenipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik (menari, atletik).
5. Keahlian musik : sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan suara.
6. Keahlian intrapersonal : kemampuan memahami diri sendiri dan menata kehidupannya sendiri.
7. Keahlian interpersonal : kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain.
8. Keahlian naturalis : kemampuan mengamati pola-pola alam, memahami sistem alam, dan sistem-sistem buatan manusia.
Terdapat penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara musik dengan intelegensi. Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil dimana si ibu memperdengarkan musik klasik pada si janin. namun, kita harus mengingat 2 hal penting dari penelitian ini, yaitu:
1. Peningkatan intelegensi yang terjadi tidaklah signifikan atau terjadi peningkatan pada range yang sama.
2. Musik klasik yang baru diuji coba ialah musik klasik Mozart.
Tes intelegensi menjadi hal menarik jika berbicara mengenai intelegensi. Tes intelegensi pertama sekali disusun oleh Alfred Binet pada 1905 atas permintaan Menteri Pendidikan Perancis guna mengindentifikasi anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah. Tes ini disebut Skala 1905 yang terdiri dsari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menyentuh telinga hingga kemampuan untuk menggambar disain berdasarkan ingatan dan mendefenisikan konsep abstrak. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka tes-tes intelegensi pun banyak diciptakan dan dikembangkan oleh berbagai tokoh.
Perlu diketahui bahwa tes IQ memiliki limited time atau keterbatasan waktu. Kevalidan tes dapat dilihat dari:
1. Selama tes yang sama belum pernah dipelajari sebelumnya, maka data dari tes itu valid.
2. Pengembangan tes itu sendiri. Apabila tes sudah usang atau tidak cocok lagi dan perkembangan zaman dan budaya, maka perlu diadakan revisi pada tes tersebut.
Perlu diingat bahwa skor intelegensi dapat berubah-ubah namun intelegensi tetaplah sama/tidak berubah.
Referensi:
Lahey, Benjamin B. (2007). Psychology an Introduction, Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
16/03/11
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar