Di kalangan anak sekolah (pelajar) tentunya sudah tidak asing lagi mendengar istilah ‘guru killer’. Istilah ini kerap sekali dialamatkan pada guru yang memiliki raut wajah yang kejam, serius, cerewet; memberikan nilai yang subjektif;tidak segan berlaku kasar terhadap anak didik misalnya memukul, membentak; dan tentunya ditakuti oleh anak-anak didik bahkan yang belum pernah diajar oleh guru tersebut sekalipun.
Yang menarik dari hal di atas ialah apakah guru killer dapat menciptakan suasana belajar-mengajar yang efektif?
Pembahasan:
Sebelum membahas wacana di atas, mari kita uraikan beberapa poin penting dalam menciptakan kelas yang efektif.
1. Dalam mengajar yang efektif tentunya mengharuskan guru untuk menguasai materi dan memiliki cara mengajar yang menarik/tidak membosankan. Dengan penyampaian yang menarik, guru memancing daya imajinasi dan daya nalar murid sehingga otak murid ‘panas’ dan semangat mengikuti kelas.
2. Adanya komunikasi dua arah atau hubungan timbal balik antara guru-murid. Komunikasi ini akan tercipta apabila poin pertama telah berhasil dilakukan. Kelas akan menjadi aktif. Yang menjadi presenter dalam kelas ialah guru sehingga gaya komunikasi guru harus menarik dan dapat memahami karakter murid yang bervariasi. Gaya komunikasi juga dapat diwujudkan lewat peranan teknologi dalam kegiatan belajar-mengajar. Misalnya, mengirimkan tugas lewat e-mail ataupun belajar online. Hal ini tentunya akan memancing daya eksplorasi murid dalam teknologi.
3. Menciptakan kelas yang yang aktif dengan memberikan motivasi, humor, ataupun hal-hal yang dapat membangkitkan kembali semangat belajar murid dan memulihkan keadaan kelas yang pasif. Dalam hal ini, tentunya dibutuhkan komitmen guru dalam membentuk karakter murid yang pantang menyerah. Komitmen guru juga diuji ketika ada hal-hal baru datang dan guru harus beradaptasi dengan pengalaman baru tersebut agar dapat tetap berbaur dengan murid-murid,.
Dengan melihat 3 poin di atas, kita akan membahas topik mengenai guru killer.
1. Guru killer akan menggunakan ‘atribut’ yang membuat dia disegani anak didik. Untuk berhasil memancing daya imajinasi dan daya nalar murid tentunya harus dipancing dengan penyampaian yang menarik. Nah, apakah murid akan terpancing jika penyampaian materi dibawah ketakutan murid terhadap guru killer?
2. Guru killer akan menggunakan ‘atribut’ yang membuat dia disegani anak didik yang cenderung menciptakan rasa takut apabila berkomunikasi dengan guru tersebut. Secara tidak sadar, guru killer tersebut telah menciptakan tekanan mental terhadap peserta didik sehingga kelas menjadi pasif. Ketakutan yang dialami anak didik mengakibatkan anak murid hanya datang-duduk-diam-pulang, tanpa mengerti secara maksimal mengenai materi.
3. Kelas pasif dan belajar di bawah ‘atribut’ gurun killer akan membuat murid menjadi semakin takut, tidak bersemangat, dan putus asa apabila menghadapi pelajaran tersebut. Jika dia adalah seorang murid yang memiliki wawasan luas, maka ia akan menggunakan kelengkapan teknologi dalam mengeksplorasi pelajaran tersebut. Nah, apabila murid itu malas, maka ilmu tersebut tidak berkembang bahkan hilang. Murid juga berasal dari latar belakang yang berbeda-beda,
4. Adanya keterbukaan si guru killer dari teman-teman seprofesinya bahakan anak didiknya sebagai bentuk evaluasi atas cara mengajarnya. Evaluasi ini bertujuan agar kelas menjadi aktif kembali dan tidak selamanya terkungkung dalam ‘atribut’ guru killer. Guru juga harus mau mengikuti perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan adanya keterbukaan ini, maka akan tercipta kelas yang akif. Dengan keterbukaan ini juga, maka guru akan meningkatkan performa diri di mata anak didik sebagai guru yang berhati besar dan menjadi panutan untuk nak murid sebagai generasi muda bangsa.
“Penting bagi guru untuk menciptakan kelas yang penuh perhatian dan nyaman bagi murid.” (Valerie Pang)
Sumber: John W. Santrock. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua
0 comments:
Posting Komentar